Jumat, 09 Juli 2010

FUJIYAMA OLEH SUNYOTO (BAB III)

3. FUJIYAMA BERSELIMUT

Senin, 25 Pebruari 2008 setelah sholat subuh, saya sedikit panik. Uang yang tersimpan di dalam amplop tidak saya temukan, jangan-jangan tertinggal di toko buah Hanamasa kemarin, sewaktu belanja minuman. Segera saja semua tas saya bongkar isinya, satu demi satu saya membuka amplop dan juga map sekali lagi, juga pakaian-pakaian yang tertata di dalamnya, lagi, lagi dan lagi.
Lalu plong (lega) rasanya, ternyata uang itu berada di tas hitam yang kemarin saya bawa. Untung berhasil ditemukan, kalau tidak bisa mbambung (orang gelandangan tidak punya rumah tempat tinggal tetap, tidak punya pekerjaan tetap, tidak punya uang). Dengan suka cita saya segera masuk ke kamar mandi, mengguyur badan ini dengan air hingga puas.

Kemudian kami makan pagi di restoran hotel. Menu pagi itu : bubur jagung, sup asparagus, kentang goreng. Supaya lebih kenyang ditambah dengan roti, buah dan orange jus. Selepas makan pagi kami harus berkemas dan check out dari Grand New Hotel di Hamamatsu guna meneruskan perjalanan.
Bus Seian Kanko membawa kami serombongan ke Godo Solution, perusahaan yang bergerak dibidang IT perancangan permesinan. Produknya antara lain dipesan oleh Yamaha, Honda dan Nissan. Di sini pegawai bekerja membuat design dalam ruangan kecil yang hanya berisi 6 orang. Perusahaan ini menerapkan efisiensi dalam hal tenaga kerja. Etos kerja dan disiplin karyawan di situ sangat tinggi. Andai di Indonesia terutama di lembaga-lembaga pendidikan dan kantor Pemerintah menerapkan cara kerja seperti ini, tentu kemakmuran dan kemajuan lebih mudah tercapai.
Untuk perusahaan ini, SMK Negeri 1 Jember memberikan souvenir berupa kerajinan sebuah patung sepeda kayu kecil. Perwakilan dari perusahaan itu kelihatan sangat senang menerima souvenir dari kami. Dari sekolah-sekolah lain juga memberi souvenir pula, ada yang berbentuk batik, wayang kulit, lukisan dari alumunium dan lain sebagainya.

Selama perjalanan dari hotel sampai ke Godo, Grace bercerita bahwa tarif tol di Jepang sangat mahal, sehingga tarif (ongkos) taksi dan kendaraan pribadi juga mahal. Kalau dari bandara menuju kota yang murah adalah naik bis umum, ”Di sini tidak ada angkot lho” selorohnya.
Penduduk Jepang diharuskan ikut asuransi kesehatan. Kartunya berlaku sebagai ID card sebagai pengganti KTP. Pedagang, petani, pegawai swasta juga membayar uang dana pensiun sampai umur 60 tahun. Rata-rata mereka harus menyisihkan 13.000 yen per bulan. Ketika umur 61 tahun mereka berhak mendapat uang pensiun kurang lebih 30.000 yen setiap bulan.

Pendapatan penduduk, misalnya saja sopir bus yang kami tumpangi itu, 6 juta yen per tahun, pembantu rumah tangga 12.000 yen per hari dengan jam kerja 7 pagi -11 malam. Pokoknya gaji orang Jepang rata-rata 7 kali lipat dibanding dengan di Indonesia. Masih menurut Grace, makanan dan lingkungan di Jepang sangat dijaga kesehatanya, tidak ada lalat beterbangan di restoran atau di tempat sampah, di tepi jalan sekalipun. Sampah dikumpulkan di tempat tertentu, dibungkus tas atau karung plastik secara rapi yang pada gilirannya di angkut truk sampah menuju ke tempat pembakaran sampah berupa gedung tertutup dan kelihatan bersih.
Pemerintah Jepang tidak mau penduduknya banyak yang jatuh sakit, sehingga kebersihan dan kesehatan mendapat perhatian serius. Jalan-jalan di sana tidak pernah banjir dan selalu bersih.

Mengutip situs Wikipedia, dinyatakan bahwa kepadatan penduduk yang tinggi dan usia mayoritas penduduk yang semakin tua mengakibatkan penurunan jumlah penduduk. Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya pemeliharaan kesehatan yang harus ditanggung pemerintah semakin berat. Di masa depan, industri robot diperkirakan menjadi kekuatan ekonomi yang amat penting. Sejumlah 410.000 dari 720.000 buah robot yang beroperasi di seluruh dunia berada di Jepang.
Oke lah sekarang kita kembali lagi pada kisah perjalanan selanjutnya. Pukul 01.20 kami sampai di Rumah Makan Sakura, Fujikawa. Waktu itu suhu udara -2°C sampai -3°C, dingin sekali. Kalau di Jember dingin-dingin gini enak sekali makan masakan yang pedas biar badan terasa hangat. Tetapi di Jepang jangan harap ada makanan seperti itu. Menu makan hari itu khas makanan Jepang yang belum familiar dengan lidah kami. Tak apa lah yang penting kenyang, stamina bugar untuk meneruskan perjalanan ke Gunung Fuji atau Fujiyama yang terkenal itu. Mendaki dengn bus namun tidak sampai ke puncak, hanya sampai di level yang diperbolehkan. Waktu itu kami diperbolehkan sampai pada level 5 dari semua level (kalau tidak salah ada 9 level), jadi kami tidak capek sama sekali.

Gunung Fuji adalah gunung tertinggi di Jepang, terletak di perbatasan Shizuoka dan Yamanasi, di sebelah barat Tokyo. Gunung Fuji berdekatan dengan pesisir pasifik di pusat Honshu. Fuji dikelilingi oleh tiga kota yaitu Gotemba (timur), Fuji Yoshida (utara) dan Fujinomiya (barat daya). Gunung setinggi 3776 m ini dikelilingi juga oleh lima danau yaitu Kawaguchi, Yamanaka, Sai, Motosu, dan Shoji. Fujiyama diperkirakan terbentuk sekitar 10.000 tahun yang lalu. Sebuah gunung berapi yang kini tak lagi aktif, terakhir meletus pada tahun 1707.
Jepang merupakan negara yang kaya legenda dan cerita rakyat. Dengan wilayah yang lebih dari 60%-nya merupakan daerah pegunungan, membuat banyak legenda dan cerita rakyat yang berlatar belakang daerah pegunungan. Gunung Fuji yang terletak di pulau Honshu merupakan gunung yang paling terkenal di Jepang, dan salah satu gunung yang ternama di dunia. Keberadaan gunung Fuji erat dengan masyarakat Jepang, terkait dengan tradisi maupun kepercayaan mereka.

Gunung Fuji dianggap tempat yang suci sampai masa restorasi Meiji, dimana sebagian kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal tersebut dilarang. Namun gunung Fuji tidak lantas kehilangan popularitasnya. Di masa sekarang gunung Fuji bukan hanya menjadi ciri khas Negara Jepang, namun menjadi salah satu obyek wisata yang diunggulkan. Masyarakat Jepang maupun turis asing berbondong-bondong melakukan perjalanan ke Fujiyama. Konon pada jaman dahulu, wanita sempat dilarang untuk melakukan perjalanan atau mendaki gunung Fuji.
Asal usul gunung Fuji tertuang dalam salah satu legenda rakyat yang mengisahkan terciptanya gunung tersebut dalam satu malam. Dikisahkan, adalah Visu, seorang penebang kayu yang hidup di sebuah pondok bersama anak istrinya yang tiba-tiba terbangun pada suatu malam karena guncangan suara keras dari dalam tanah.
Visu segera membawa anak dan istrinya keluar karena mengira terjadi gempa bumi. Namun saat ia melangkahkan kaki keluar dari pondoknya, daerah sekitar tempat tinggalnya yang pada awalnya merupakan daratan luas berubah menjadi sebuah gunung. Visu begitu kagum sehingga menamai gunung itu “Fujiyama” (sumber www.mapala-upn-yk.org)

”Hari ini kita sedang mujur karena Fujiyama begitu kelihatan detailnya meski dari kejauhan” Kata Grace
”Semakin dekat semakin mempesona” tambahnya pula.
Bus yang kami tumpangi melaju semakin dekat dengan kaki Fujiyama. Mata seluruh penumpang bus Seian Kianko tersihir oleh keindahan gunung Fuji dan tak mau lepas memandangnya. Jalan beraspal halus mulus mulai menanjak dan makin menanjak, di sisi kiri dan kanan jalan mulai kelihatan gumpalan salju memutih indah, lalu sampailah kami ke pintu masuk wisata Fujiyama. Subhanallah walhamdulillah hamparan salju putih bertebar diseluruh permukaan hutan di sela-sela pepohonan yang sebagian besar daunnya meranggas. Sungguh, sebuah pengalaman baru yang sangat berkesan bagi saya. Salju yang menempel di dedaunan atau ranting pepohonan terlihat sangat indah seperti hiasan pada pohon Natal di gereja-gereja. Sayang di hutan itu tidak kelihatan seekor binatangpun, mungkin mereka menyingkir menghindari dinginnya salju. Kalau malam tiba jalanan beraspal yang halus mulus menuju puncak Fujiyama itu tertutup salju tebal. Kemudian menjelang pagi dibersihkan oleh petugas menggunakan kendaraan pemecah dan pembersih salju yang selalu siap di situ.

Oleh karenanya, pelancong tidak boleh pulang terlambat, ketika salju mulai menutup jalan beraspal itu, pastilah tidak bisa pulang karena licin, padahal di atas tidak ada penginapan. Infonya di level 7 atau sembilan di atas sana ada bangunan tempat pemujaan, sayang kami tidak bisa sampai ke sana.
Akhirnya bus kami berhenti sampai level 5 dari keseluruhan 9 level. Kami tidak diperkenankan menuju level lebih tinggi lagi saat itu, karena salju sangat tebal, berbahaya bagi pelancong yang mendaki naik kendaraan (bus). Saat itu pintu level 5 ditutup. Bersama kami ada pula pelancong lain yang juga menggunakan kendaraan bus, tidak ada yang menggunakan kendaraan pribadi, tidak ada pula yang berjalan kaki.
Level 5 berketinggian 2020 m diatas permukaan laut. Bandingkan saja dengan gedung bertingkat, jika satu lantai saja tingginya 3 meter kalau tingkat 10 hanya 30 m. Berarti berapa kali lipat gedung bertingkat, yang sudah kami daki di gunung Fuji.
Di sini kami berfoto-foto, bermain salju dan saya mencoba menjilat salju seperti apa rasanya, ternyata segar seperti air tawar. Salju bila dipegang sekilas tidak terasa dingin, tetapi setelah mulai mencair berubah menjadi sangat dingin. Pak Edy Sartono dari Gresik bahkan membuka baju serta kaos singletnya, lalu tidur telentang di hamparan salju beberapa saat untuk difoto sebagai kenangan, padahal dinginnya tak alang kepalang.

Ibu Supartini dari Malang dan ibu Sri Supartini dari Surakarta ingin foto seperti dibawah guyuran hujan salju. Gampang, saya meraih sebongkah salju lalu diremas halus dan saya hamburkan dari jarak tertentu, di tempat yang agak tinggi ke tubuhnya sambil di ambil gambarnya oleh teman lain. Wow...! hasilnya spektakuler seperti benar-benar berfoto ketika hujan salju.
Grace meilih berdiam di Bus karena tidak tahan dingin, dia terlihat puas mengantar kami karena jelas terlihat kami pun senang. Setelah cukup puas kami segera masuk bus, rasanya lebih dingin daripada saat bermain di hamparan salju tadi. Untung bus itu dilenhgkapi pengatur suhu panas-dingin.
Puncak keindahan Fujiyama adalah saat musim salju tertimpa sinar mentari, kelihatan indah, putih bersih seperti kapas dihamparkan ke seluruh puncak bukit. Keindahan khas lain di sana adalah ketika musim bunga sakura. Saya kesana saat musim salju sehingga bunga sakura masih belum mekar. Subhanallah alhamdulillah, telah Kau beri kesempatan untuk menyaksikan kebesaran-Mu di sini.
Saya belum pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri sebelumnya, tak bisa terlukiskan keindahan gunung bersalju itu. Saya membayangkan bahwa di situ tiba-tiba ada kereta sinterklas yang ditarik beberapa ekor rusa, seperti dalam lukisan-lukisan natal. Itulah yang menyebabkan panorama ini menjadi lebih menarik dan melekat kuat dalam benak saya.

Sayang waktu pulang segera tiba, bus yang kami tumpangi segera meluncur turun gunung. Di dalam bus, saya masih membayangkan sinterklas dengan keretanya yang ditarik rusa bertanduk. Membayangkan kereta itu berisi sejumlah hadiah untuk anak-anak yang berbakti. Juga dilengkapi dengan kantung untuk membawa anak yang durhaka pada orang tua untuk dibawa ke sorga atau ke neraka jahanam.
Tiba-tiba saja kereta muncul dari puncak Fujiyama yang bersalju tebal melintas. Saya sempat menyaksikan malaikat bernama sinterklas berseragam merah dengan topi kuncirnya itu datang dari swarga loka. Itulah indahnya ....
Tidak salah bila dulu penyanyi Titik Sandhora yang lama tinggal di negeri sakura menyanyikan lagu Fujiyama dalam syair bahasa Indonesia. Intinya memuji keindahan gunung Fuji yang dilihat dari kejauhan, puncaknya berkilauan salju putih tertimpa sinar matahari.

Kunjungan ke Fujiyama itulah yang paling berkesan. Seumur-umur baru kali ini saya bisa berada di gunung bersalju dan bisa merasakan dinginnya secara langsung. Bisa kupegang dinginnya, bisa kuremas dan kuhamburkan seperti kapas, bila padat dapat kurasakan keras dan licinnya bongkah batu es saat kaki menjejak. Bila jatuh di atas tumpukan salju yang tidak padat tidak akan terasa sakit, tetapi jangan coba-coba menjatuhkan diri di salju yang padat, kerasnya seperti batu.
Benar-benar bangga dan bersyukur pada akhirnya bisa menyaksikan semua itu. Puas sudah rasa hati dalam kunjungan hari ini. Sebagai ungkapan perasaan, saya sempat menulis sebait puisi saat perjalanan pulang dari Fujiyama sebagai berikut,

FUJI YAMA

Alhamdulillah
Atas ijin-Mu kusaksikan dengan mataku

Hamparan putih salju
Bertebar di kiri kanan jalan ku.
dingin raga kepulkan asap lewat mulutku
Membuka keyakinan akan kebesaran-Mu

Subhanallah
Kau perkenankan aku hadir di situ
Di puncak Fujiyama aku terharu
betapa kecilnya aku
kotor dan lemah dihadap-Mu

Pintaku jangan halangiku
tuk mendekat-Mu.

Jepang Peb 2008

(SIMAK TERUS DI BAB IV BERIKUT)

oooOooo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar